Selasa, 17 Desember 2013
The English Teacher (2013)
Cinlok; Guru--Mantan murid--Murid....
Beberapa hari yg lalu nonton The English Teacher. Sebagian besar isinya, gw merasa mirip dengan kehidupan kita, atau gw yg ngakunya komikus atau penulis ini. Setidaknya ada tokoh yang, membuat (karya), menawarkan /memublikasikan, dan menunggu impactnya. Konflik terbangun saat mereka mencoba merealisasikan gagasan yg sudah disepakati bersama.
Film ini berkisah tentang guru sastra Inggris di sebuah SMA bernama Linda Sinclair ( tante Julianne Moore), guru yang sederhana, berdedikasi, setia pada profesi, menarik namun anehnya masih sendiri .
Linda memiliki mantan murid, Jason, yang ketika menjadi siswanya Jason ia kenal amat berbakat menulis. Terakhir Linda mendengar Jason mencoba peruntungannya ke New York.
Linda dan Jason bertemu lagi dan Jason bercerita bahwa ia gagal menembus persaingan di New York. Tetapi yang menjadi kendala bukanlah kemampuannya melainkan restu ayahnya, Will. Will menginginkan anaknya meniti karir di dunia hukum. Kemauan Will membuat Linda prihatin. Ketika kebetulan bertemu, Linda mengkritik keras keinginan dokter ini membelokkan masa depan anaknya.
Pada kesempatan lain Linda mendapat kesempatan membaca naskah drama Jason, yang gagal di New York itu. Linda menyimpulkan karya Jason amat luar biasa. Ia mengusulkan agar naskah ini dipentaskan di sekolah. Jason setuju dengan rencana itu. Tapi Linda menyembunyikan fakta bahwa Kepala Sekolah tidak setuju naskah Jason dipentaskan secara utuh. Kepsek minta bagian akhir dibuang saja, karena tak pantas ditonton remaja SMA. Linda menyanggupi, namun ia memilih tidak mengatakannya karena takut Jason ngambek , ia lebih senang membiarkan saja masalah ini diurus belakangan.
Latihan pertama tak berjalan sukses, karena Jason ternyata bukan penulis yang berjiwa besar mendapat kritikan dari salah satu pemainnya. Ia seperti anak kecil yang ngambek sampai mewek. Akibatnya Linda menjadi sibuk mengangkat moril Jason agar seperti semula (ini adegan nggak banget, kalo gw ada di situ celananya gw plorotin, gw lempar ke atap).
Di tengah persiapan, Jason terus “diganggu” oleh ayahnya, Will. Tindakan Will membuat Linda simpati. Dari simpati berubah menjadi cinta. Jason pun tak kuasa menerima kasih sayang mantan gurunya ini, mereka kemudian bercinta di salah satu kelas kosong. Tetapi hubungan yang sudah terjalin tak membuat Jason berpikir untuk terus bersama mantan gurunya. Ia kemudian mendekati pemeran utama wanita dalam drama yang mereka siapkan, Halle Anderson (Lily Collins) yang jelas-jelas masih segar dan cantik. Meski cukup mengerti, namun Linda cemburu juga. Tanpa Linda sadari ia banyak memojokkan Halle dengan alasan-alasan yang dibuat-buat. Ketika ia memergoki Jason dan Halle bermesraan, Linda tak tahan lagi. Ia mengadukannya ke Kepala Sekolah dan meminta Halle untuk segera dikeluarkan. Tapi Halle ternyata sudah siap. Ia punya bukti bahwa Linda juga pernah ‘bobok-bobokan’ dengan Jason. Ditambah lagi, Kepala Sekolah memergoki latihan mereka tak sesuai dengan perjanjian, adegan yang dianggap tak pantas belum dibuang. Berantakanlah semuanya, Linda marah pada Halle, Halle marah pada Linda, Jason marah pada Linda karena naskahnya di’rusak’ dan Kepala Sekolah marah pada semua….Dan Linda dipecat!
Hehe, gimana akhirnya?
Akhirnya Linda dipanggil lagi untuk mengatasi persiapan pentas yang makin berantakan. Ia mengubah bagian akhir dari drama, yang tak boleh dipentaskan itu, dan Jason akhirnya mau menerima karena sambutan yang mereka dapat sangat memuaskan…:)
Seek a Friend for The End of The World (2012)
Sekarang giliran pelem komedi romantis favorit...
Pilihan gw ini, Seek a Friend for The End of The World (2012)
Premisnya ; Apa sih, tuh kiamat, jika sudah menemukan cinta sejati? Hehe...boljug...
Semangatnya (halah), semangat 2012, tahun kiamat. Jadi, dunia sudah dipastikan kiamat dalam 21 hari ke depan. Sikap masyarakatnya lucu, ada yg diam saja/pasif, ada yang nangis, ada yg memutuskan bunuh diri, dll...tp tak ada yang menunjukkan emosi secara meledak-ledak dari para tokohnya.
Dodge (Steve Carell) termasuk yg pasif, sebab ia baru ditinggal pasangan. Ia bertemu tetangganya, Penny (Kiera Knightley) yang asal jeplak lagi polos. Penny rupanya tanpa sengaja sering menahan surat-surat dari pacar Dodge yg seharusnya dialamatkan ke kamar Dodge. Dodge awalnya kecewa, namun mereka menjadi kompak sejak terjadi kerusuhan di sekitar apartemen mereka. Mereka lalu sama-sama ingin mencari orang-orang terkasih sebelum kiamat benar-benar datang...
Ternyata, di sepanjang jalan, Dodge dan Penny menemukan banyak kecocokan. Mulai tumbuh benih-benih cinta dari dua orang berbeda usia cukup jauh ini. Banyak kelucuan terjadi sepanjang jalan, dari orang bunuh diri dengan caranya yg unik, menghadiri pesta seks di cafe sampai masuk bui karena membawa mobil curian. Mereka saling bantu untuk menemukan orang-orang yang mereka kasihi, di tengah-tengah dunia yg sudah mati sebelum waktunya...
Akhirnya, ketimbang susah-susah mencari orang terkasih, yang belum tentu memberikan respon sepadan, mending saling berkasih saja satu lain, hehe...
Dodge dan Penny akhirnya memilih pulang dan menanti kiamat bersama, tanpa rasa takut, karena kebahagiaan menemukan cinta sejati mengalahkan segalanya...
Pilihan gw ini, Seek a Friend for The End of The World (2012)
Premisnya ; Apa sih, tuh kiamat, jika sudah menemukan cinta sejati? Hehe...boljug...
Semangatnya (halah), semangat 2012, tahun kiamat. Jadi, dunia sudah dipastikan kiamat dalam 21 hari ke depan. Sikap masyarakatnya lucu, ada yg diam saja/pasif, ada yang nangis, ada yg memutuskan bunuh diri, dll...tp tak ada yang menunjukkan emosi secara meledak-ledak dari para tokohnya.
Dodge (Steve Carell) termasuk yg pasif, sebab ia baru ditinggal pasangan. Ia bertemu tetangganya, Penny (Kiera Knightley) yang asal jeplak lagi polos. Penny rupanya tanpa sengaja sering menahan surat-surat dari pacar Dodge yg seharusnya dialamatkan ke kamar Dodge. Dodge awalnya kecewa, namun mereka menjadi kompak sejak terjadi kerusuhan di sekitar apartemen mereka. Mereka lalu sama-sama ingin mencari orang-orang terkasih sebelum kiamat benar-benar datang...
Ternyata, di sepanjang jalan, Dodge dan Penny menemukan banyak kecocokan. Mulai tumbuh benih-benih cinta dari dua orang berbeda usia cukup jauh ini. Banyak kelucuan terjadi sepanjang jalan, dari orang bunuh diri dengan caranya yg unik, menghadiri pesta seks di cafe sampai masuk bui karena membawa mobil curian. Mereka saling bantu untuk menemukan orang-orang yang mereka kasihi, di tengah-tengah dunia yg sudah mati sebelum waktunya...
Akhirnya, ketimbang susah-susah mencari orang terkasih, yang belum tentu memberikan respon sepadan, mending saling berkasih saja satu lain, hehe...
Dodge dan Penny akhirnya memilih pulang dan menanti kiamat bersama, tanpa rasa takut, karena kebahagiaan menemukan cinta sejati mengalahkan segalanya...
Jumat, 06 Desember 2013
What Maisie Knew (2012)
Ketika Ortu Jadi Budak Kesibukan
Maisie (sekitar 3 tahun), adalah satu dari sekian banyak anak korban perpisahan orang tua di Amrik. Maisie (Otana Aprile) terlihat amat menggemaskan, lucu lagi pintar. Orang tua Maisie adalah Susanna (Julianne Moore) dan Beale (Steve Coogan) yang memiliki profesi amat bertolak belakang. Susanna seorang artis musik tenar sementara Beale pebisnis yang kerap ke luar negeri. Keluarga mereka dilengkapi Margo, baby sitter yang cantik.
Ketika bercerai, hak asuh Maisie jatuh ke tangan Beale. Tak disangka, Margo telah menunggunya di kediaman Beale. Karena sudah mengenal Margo, Maisie senang-senang saja. Margo kemudian menikah dengan Beale yang otomatis menjadi ibu tiri Maisie. Tak mau kalah, Susanna juga memutuskan menikah dengan Lincoln, seorang bartender yang penampilannya jauh dari seimbang dengan Susanna. Kedudukan mereka kini 1-1 yang membuat hakim memutuskan hak asuh Maisie secara bergilir, setiap 10 hari. Jadi, 10 hari ini Maisie diasuh ibunya, 10 hari kemudian bapaknya, begitu seterusnya.
Yang jadi masalah, kedua orang tuanya tetap orang yang super sibuk. “Budak” pekerjaan-lah, ambisi tai kucing yang membuat Maisie sama saja saat diasuh ibunya mau pun bapaknya. Untungnya, baik ibunya maupun bapaknya menikahi orang-orang yang biasa-biasanya, yang tak terlalu sibuk. Margo hanyalah wanita biasa tanpa pekerjaan yang jelas, sementara Lincoln hanyalah bartender. Dan untungnya lagi, mereka berdua orang-orang baik yang dalam film-film Hollywood biasanya justru kebalikannya. Terutama Lincoln yang lebih mirip kurir narkoba. Tetapi mereka amat menyayangi Maisie. Mereka inilah yang secara bergilir ditugasi menjemput Maisie dari sekolah atau pun menemaninya bermain.
Kedekatan Maisie dengan kedua orang tua tirinya membuat kedua orang tua kandungnya cemburu. Susanna dan Beale bukannya berterima kasih dengan Margo dan Lincoln tapi justru sebaliknya, mencampakkan pasangan masing-masing. Butuh rasa cinta yang tulus dari Margo dan Lincoln untuk menerima Maisie kembali ketika gadis cilik ini akhirnya terlunta-lunta di antara kesibukan Susanna dan Beale. Tentu saja berat merawat anaknya ketika orang tuanya justru melontarkan cacian hina ke wajah. Tapi itu yang dilakukan Margo dan Lincoln. Alasannya cuma satu, cinta pada Maisie yang terlanjur terbangun tak bisa hilang hanya karena hinaan orang tuanya.
Seiring berjalannya waktu Margo dan Lincoln saling jatuh cinta. Dan Maisie akhirnya berani memilih tinggal bersama mereka ketika Susanna datang menjemput…
Anak kandung sesungguhnya hanya titipin dari yang Di Atas, orang tua sesungguhnya? Itu soal lain lagi…:)
Kritik; "Musuh yang Dirindukan"
Beberapa hari lalu, waktu nggak bisa tidur, iseng-iseng baca tulisan AS Laksana, cerpenis, di Ruang Putih, Jawa Pos, terbitan 1 Desember 2013. Judulnya sebenarnya biasa saja, “Orang-Orang yang Sungkan”, namun isinya sangat menarik, menurut gw….
Sebenarnya, tulisannya dibuka dengan aura curhat, bahwa karyanya kalah bersaing dengan karya Leila S Chudori yang berjudul “Pulang” dalam anugerah Kathulistiwa Literary Award 2013. Kalah-menang sebenarnya soal biasa, tetapi tidak jika sudah melihat ke ranah sosmed. Leila S Chudori punya basis pendukung yang kuat bertabrakan dengan “suporter" Laksana yang juga tak sedikit. Keduanya sama-sama mengklaim lebih baik, dan bahkan segalanya kemudian menjurus panas. Kedua penulis yang dibicarakan tak sekali pun ikut komentar, dan itu sudah benar, namun seorang temannya kemudian berkomentar yang seolah memanggilnya untuk ikutan komen sekaligus menyindirnya, bahwa dia sering berpendapat tak masalah objek yg jadi pembicaraan ikut komentar, terbuka aja, bebas. Tapi ketika ia sendiri yang menjadi objek, dia memilih bungkam.
AS Laksana kemudian merujuk ke situasi di barat yang lebih terbuka dan menerima kritik sewajarnya, meski belakangan juga mulai bergeser. Ia sepertinya “rindu” atmosfer seperti itu. Ia memberi contoh komentar Mark Twain atas karya Edgar Allan Poe.
“Prosa Edgar Allan Poe tidak bisa dibaca—persis plek dengan prosa Jane Austen!”
Contoh lain dari Oscar Wilde tentang George Meredith; “Gaya menulisnya semrawut! Sebagai penulis ia ampuh dalam segala urusan kecuali bahasa. Sebagai novelis ia bisa mengerjakan apa saja kecuali bercerita. Sebagai seniman ia segalanya kecuali dalam soal pengungkapan gagasan.”
Laksana menilai, semua komen ini selain menarik dapat pula memancing tawa layaknya melihat seseorang yang mendadak mendapat kesialan.
Ia kemudian menganalisa, mengapa kondisi di kita berbanding terbalik dengan mereka-mereka yang ada di barat. Mengapa orang kita penuh dengan kesungkanan?
Ini jawabannya ( gw ambil beberapa aja, yg paling “nendang”) ;
• Karena takut dianggap dengki pada karya orang lain.
• Karena takut bahwa kritiknya akan merusak pertemanan.
• Karena ada perasaan tidak pantas menyerang karya sesama penulis.
• Karena takut dimusuhi oleh orang-orang lain, terutama kelompok pendukung penulis tersebut.
• Karena takut pada anggapan bahwa penulis yang mengkritik karya penulis lain diam-diam tengah mengunggulkan karyanya sendiri.
Gw pribadi melihat hal serupa pun terjadi di scope kita, para penulis komik. Gw bisa menambahkan, kehati-hatian yang luar biasa, mulutmu harimaumu, lebih baik cari aman dengan banyak teman, pencitraan lebih bisa diterima ketimbang “frustrasi” , bahkan ada yg berpikir sebaiknya jangan dikritik, nanti jadi bagus. Diamkan saja, itu yang terbaik bagi kita.....(haha!)
Sebenarnya dulu di komunitas ada yang menjalankan fungsi ini, para pengamat, yang ketika ketemuan langsung minta izin untuk ngeritik. Tapi belakangan mundur teratur, karena tiap bicara musuhnya nambah.
Waktu gw di Indira, editor gw mengumpulkan semua kritikan yang ia terima dan membahasnya ketika kami ketemuan. "Perintah"nya adalah, buatlah seri berikutnya berdasarkan kritikan ini....
Betapa nikmatnya jika bisa demikian ya...bagai mendapat lentera di lorong gelap.
Fungsi kritik memang harus ada dan dibangun. Semua sadar akan akan hal ini, penulis paling bego sekali pun. Hanya saja, seperti juga obat nggak ada kritik yang manis. Semua kritik selalu pahit. Akhirnya kritik menjadi "musuh yang selalu dirindukan". Di sisi lain, si pengkritik juga harus bersikap dewasa. Ketika kritikannya dijawab oleh yg dikritik, si pengkritik jangan jadi lebih “ngambek” daripada yang dikritik, hehe....Tetaplah kembali untuk ngeritik lg
Gw bisa menulis begini, tapi ketika menerima kritik bisakah menerima dengan biasa saja? Entahlah, gw toh juga bagian dari kalian....
*Sekedar buat baca2…:)*
Langganan:
Postingan (Atom)